Selasa, 08 November 2011

Kiamat Ekonomi 2012
Hendi Dwi IstantoSelasa, 08 November 2011 1 komentar


by: Benjamin ridwan gunawan

Beberapa minggu yang lalu, saya berdiskusi dengan beberapa teman saya yang seorang dosen ekonomi, beliau adalah orang yang menekuni ekonomi makro. Dari diskusi tersebut kami temukan isu yang mengatakan resesi ekonomi 2008 belum berakhir, akan ada gelombang berikutnya yang jauh lebih besar, dan kejadian tersebut dikatakan akan terjadi di tahun 2012. Bila anda pernah mendengar isu kiamat di tahun 2012, maka ini kami sebut “Kiamat Perekonomian Dunia.”

Sistem keuangan yang sudah bobrok dan tak pernah diwujudkan solusi konkritnya. Uang itu sendirilah masalahnya.

Pada jaman dahulu, sistem transaksi kita menggunakan sistem barter, dan alat tukar standarnya adalah emas. Dengan berjalannya waktu, emas tersebut disimpan dalam gudang dan digantikan dengan surat sertifikat kepemilikan emas, dengan alasan jauh lebih praktis ketimbang membawa emas yang berat kemana-mana. Ketika semua orang menyimpan semua emasnya dan menggantinya dengan surat sertifikat kepemilikan emas, awal mula kebobrokan sistem dimulai. Jumlah surat kepemilikan dengan jumlah emas yang disimpan sudah berkembang menjadi tak sama lagi. Jaminan emas sudah diabaikan, yang ada hanya kepercayaan pada selembar surat dari kertas, yang bertuliskan surat kepemilikan emas. Dan surat tersebutlah yang kini berbentuk uang kertas yang sering kita pakai.

Perbankan mencetak uang kertas melampaui persediaan emas yang disimpan, menandakan bahwa uang kertas yang kita pegang tersebut benar-benar tak bernilai sama seperti kertas lainnya. Hanya nilai kepercayaanlah yang melekat pada uang kertas tersebut sehingga kita masih bisa menggunakannya untuk bertransaksi.

Sekarang coba bayangkan, anda memiliki satu koper uang senilai satu milyar rupiah, apakah anda dapat bertransaksi di negara lain seperti di Singapura ataupun di Afrika? Anda harus menukarnya dahulu dengan jenis uang setempat. Nah misalnya lagi, anda memegang uang Euro, atau dollar, yang dikata lebih universal. Apakah uang universal tersebut bisa anda gunakan saat anda tersesat di hutan Amazon dan bertemu dengan orang suku pedalaman setempat? Bandingkan bila pada saat di Amazon, bukan dollar yang anda bawa, tapi emas, jauh lebih bernilai yang mana?

Sebenarnya kita telah merugi, hanya dengan memiliki uangnya saja, bahkan tak pernah anda belanjakan misalnya. Karena nilai uang kertas yang kita pegang terus tergerus oleh inflasi. Harga gula pada tahun 2005, dengan uang sepuluh ribu rupiah bisa anda peroleh 2kg, namun sekarang beli 1kg saja masih kurang genap. Padahal uangnya sama, tulisannya tertera sama “Sepuluh ribu rupiah”, kenapa nilainya menjadi berbeda. Itulah yang disebut dengan inflasi. Akan datang suatu masa, di mana uang yang kita gunakan saat ini tak ada nilainya lagi.


Belajar dari sejarah

Sudah sering diperlihatkan oleh sejarah, sejarah kelam kehancuran perekonomian dunia: Setiap satu-dua dekade selalu terjadi krisis. Perang Dunia I, Perang Dunia II, Krisis Black-Gold, Resesi 1998, Resesi 2008. Tapi kita tak pernah belajar dari masa lalu, kesalahan yang sama selalu terulang kembali. Kesalahan yang dibiarkan ini akan terjadi kembali, dan besok akan terjadi resesi besar lagi.

Investasi di Indonesia kini sedang bagus, tingkat bunga pengembalian hingga mencapai 7-8%. Bandingkan di Amerika dan Jepang hanya 0,5-1% saja. Namun investor yang mendanai perekonomian Indonesia mayoritas adalah orang asing. Begitu uang investasi asing ditarik, maka seperti bangunan setinggi 100 lantai, di mana lantai 1 sampai 80 tiba-tiba menghilang. Puncak bangunan akan terjun bebas, dan mendarat dengan hancur berkeping-keping. Dan ini bukan sebuah perandaian, dan resesi besar tersebut akan benar-benar terjadi.

Inflasi besar-besaranan akan terjadi, suku bunga perbankan meningkat drastis, pinjaman-pinjaman beragunan akan membengkak, banyak terjadi kredit macet, dan akan banyak perusahaan yang gulung tikar atau merger dengan perusahaan lainnya demi menyelamatkan diri.


Solusi

Kekacauan ekonomi yang terjadi ini akan terus terjadi dan terjadi lagi tiap satu-dua dekade, selama kita masih menggunakan uang kertas yang kita pakai sehari-hari. Namun solusi mengganti uang kertas yang kita pakai, dan secara mendadak menggantinya ke sistem lama, sistem barter dan emas, itu tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Sistem keuangan ini sudah mengakar, dan perlu effort yang luar biasa besar untuk mebetulkannya. Perlu kecerdasan dalam menghadapi keadaan yang dilematis ini, di mana kita tetap berada dalam sistem keuangan yang salah, namun kekayaan anda dapat diselamatkan. Berikut adalah solusi yang bisa anda aplikasikan.

Amankan kekayaan anda:

1.    1.   Milikilah bisnis bersistem yang memutar uang anda yang dapat memberikan nilai lebih dari nilai uang anda sebelumnya. Mengapa harus memiliki bisnis bersistem? Uang anda adalah masalahnya. Anda diamkan saja uang tersebut, maka nilainya akan semakin turun tergerus oleh inflasi. Putar uang tersebut dan hasilkan laba, menjadikan uang anda bertambah nilainya. Namun perlu diingat, kecepatan inflasi juga kadang berakselarasi dengan cepat. Maka akan terjadi pertarungan antara kecepatan pertambahan nilai uang anda yang berasal dari laba dengan kecepatan inflasi yang menggerus nilai uang anda. Lebih cepat yang mana, kecepatan laba anda atau inflasi.
2.     
            2.  Investasi, pilih investasi yang tepat, bukan reksa dana maupun investasi saham pada perusahaan Tbk, hal itu tidak ada bedanya dengan memiliki bisnis bersistem. Tapi investasikan kekayaan anda dengan tanah, properti, dan yang utama adalah emas. Mengapa tanah, properti atau emas? Makna dari investasi ini bukan untuk memperoleh laba dengan cepat. Namun makna investasi adalah melindungi dan memberikan keuntungan pada kekayaan anda untuk jangka yang sangat panjang. Maka investasikan uang (tak berharga) anda pada suatu barang yang sangat tidak likuid (tidak mudah diuangkan kembali), semakin tidak likuid suatu barang, semakin jauh dari kerugian atas uang itu sendiri.
3.    
          3,   Jadilah manusia yang berkualitas, berguna, miliki skill yang bermanfaat buat orang lain, dan perbaiki moral anda. Saat bisnis-bersistem anda bergejolak bertarung cepatan mana dengan inflasi, sedangkan investasi anda sedang melindungi nilai kekayaan anda. Kontribusikan kemampuan anda untuk hidup maka hidup akan berkontribusi untuk anda. Bila memang kekayaan anda semakin terancam nilainya, dan uang akan benar-benar tak bernilai, maka satu-satunya yang bernilai adalah diri anda sendiri. Jadilah manusia yang dapat berkarya untuk keluarga, masyarakat, dan negara.
4.     
         4.  Extra tips, lakukanlah sedekah. Perbanyak sedekah dari sebagian kekayaan anda, sebelum kekayaan anda menjadi benar-benar tak berharga. Anda tidak akan pernah menyangka The power of Gift akan sangat ampuh berguna untuk masa depan anda.

Hidup memang indah, hidup itu mudah bila kita tahu ilmunya, jangan pernah berhenti belajar dan waspada, “Keep your soul and love to the God, and God will save you in every moment”.
http://ekonomgila.blogspot.com/

Kamis, 03 November 2011

Opportunity Cost Versus Opportunity Risk
Hendi Dwi IstantoKamis, 03 November 2011 0 komentar

Opportunity cost atau yang disebut juga sebagai biaya peluang merupakan sebuah istilah yang dilabelkan pada sebuah keadaan dimana kita harus mengorbankan biaya tertentu untuk mencapai suatu target tertentu. Konsep opportunity cost inilah yang kemudian melahirkan prinsip menyesatkan dalam pandangan orang-orang, yaitu mengeluarkan biaya serendah-rendahnya untuk mendapatkan profit setinggi-tingginya. Sebagai pembuka, let’s check this true story.

Seorang bapak yang sangat suka makan buah, pergi ke pasar buah dengan menggunakan mobil. Disana ia ditawari buah-buahan dengan harga tinggi. Mungkin karena ia datang menggunakan mobil maka para pedagang menawarkan harga yang tinggi padanya, demikian yang ada dalam pikirannya. Akhirnya beberapa hari kemudian si bapak pergi lagi ke pasar buah tersebut. Kali ini ia memarkir mobilnya agak jauh dari pasar buah, kemudian memutuskan berjalan kaki menuju pasar buah. Ia mendapatkan pepaya berukuran jumbo dengan harga Rp 4500,- yang pernah ia beli dengan harga Rp 6000,- ketika datang menggunakan mobil. Lumayan menghemat Rp 1500,-, dan akan sangat menghemat pengeluaran jika membeli dalam jumlah banyak. Namun saat itu ia hanya membeli satu. Si bapak begitu senang mendapatkan buah dengan harga murah. Akhirnya ia segera kembali ke tempatnya memarkir mobil. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui mobilnya raib entah kemana.

Dari cerita di atas, si bapak rela berjalan kaki untuk mendapatkan buah dengan harga yang lebih murah. Pengorbanan tenaga untuk berjalan kaki yang dilakukan si bapak merupakan biaya peluang (opportunity cost) yang harus dibayarkannya untuk mendapatkan harga buah yang lebih murah.

Namun ada yang tidak diperhatikan si bapak, yaitu opportunity risk yang terjadi untuk keputusan yang diambilnya tersebut. Raibnya mobil si bapak merupakan opportunity risk yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Jadi dalam hal ini, setiap keputusan-keputusan yang dibuat, agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, tidaklah semata-mata memperhatikan opportunity cost, namun harus memperhatikan opportunity risk.

Opportunity risk adalah besarnya risiko yang harus ditanggung dari setiap keputusan yang diambil. Risiko-risiko ini bisa berupa biaya yang harus dibayarkan pada saat itu juga, biaya yang harus ditanggung di masa yang akan datang, maupun hal-hal lain yang tak terukur secara kuantitatif

Opportunity risk menurut saya adalah alat analisa yang lebih relevan digunakan pada masa kini. Sebab dapat mengcover segala macam contoh kasus. Berbeda dengan konsep opportunity cost yang sudah mulai kurang relevan untuk beberapa kasus tertentu.

Contoh konkret opportunity risk misalnya sebagai berikut:
Seorang siswa yang baru saja lulus SMA, memutuskan untuk kuliah (abaikan saja alasan-alasan di belakangnya, apakah ia kuliah karena disuruh orangtuanya atau karena keinginan sendiri, bukan menjadi fokus kita).

Keputusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, merupakan contoh keputusan yang memperhatikan opportunity risk. Seperti yang kita ketahui bersama, permintaan pasar tenaga kerja semakin hari semakin menutup peluang untuk calon tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan dasar. Permintaan pasar tenaga kerja di masa mendatang diprediksikan membutuhkan tenaga-tenaga professional dengan skill yang kompeten. Alasan-alasan tersebut yang mendorong si siswa memutuskan untuk kuliah.

Atau contoh lainnya yaitu: seorang mahasiswa yang memutuskan untuk bekerja sambil kuliah, yang akan mendapatkan penghasilan serta pengalaman kerja, namun harus menanggung opportunity risk berupa waktu untuk hangout dan berkumpul bersama teman-teman menjadi terbatas, serta harus ketat mengatur waktu sedemikian rupa agar kuliah tidak keteteran.

Dari dua contoh tentang opportunity risk di atas, kita dapat melihat perbedaan utamanya dengan opportunity cost yang hanya melihat dari segi biaya saja dan hanya untuk jangka pendek semata.

Konsep opportunity risk ini pada akhirnya melahirkan sesuatu yang kita sebut sebagai manajemen risiko. Untuk tulisan tentang manajemen risiko, mungkin kali lain akan ditulis oleh penulis EG yang lain.

Jadi, masih mendasarkan keputusan berdasarkan opportunity cost saja atau mulai beralih ke opportunity risk?
oleh : DYAH RESTYANI 
http://ekonomgila.blogspot.com/2011/10/opportunity-cost-vs-opportunity-risk.html

Rabu, 02 November 2011

Saham-Saham Cinta
Hendi Dwi IstantoRabu, 02 November 2011 0 komentar

Terkadang kau memulainya sebagai seorang investor dengan puluhan milyar cinta di tanganmu hingga serasa tak akan pernah habis ketika kau menginvestasikannya. 

Terkadang bahkan kau tak menginvestasikannya segera, menunggu dan terus menunggu untuk menempatkannya di sebuah perusahaan impian yang tak kunjung tiba, padahal begitu banyak perusahaan yang baik bagimu namun kau tak menyadarinya. 

Terkadang kau tak kunjung-kunjung menginvestasikan cintamu karena takut akan resiko yang akan kau tanggung. Padahal kau sendiri sadar bahwa tak ada cinta tanpa resiko. 

Terkadang kau dengan mudah menanamkan sahammu pada sebuah perusahaan, namun setelah kau telah merasa mendapat capital gain yang cukup kau dengan mudah mencari perusahaan potensial yang lain. 

Namun terkadang kau memulainya dengan menjadi seorang investor yang benar-benar pengaplikasikan teorimu, portofolio. Kau menginvestasikan saham-sahammu pada beberapa perusahaan berbeda. 

Beberapa saat setelah kau menanamkan sahammu. Saham-saham itu mulai berkembang, memberikan deviden bagimu. Seberapa bijakkah kau tergantung pilihanmu, menanamkannya kembali sebagai retain earning untuk menumbuhkan perusahaan[cinta]mu lebih besar, atau berpangku tangan menikmati deviden atas saham yang kau tanamkan. Padahal terkadang perusahaanmu sangat berharap akan retain earning[cinta] namun tetap setia memberikanmu deviden meskipun kau tak menambah saham-sahammu di perusahaanmu itu. Perusahaanmu tetap setia mendengarkan pendapatmu, padahal tak jarang membawa mereka kepada kehancuran. 

Terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan, yang selalu merasa miskin, yang selalu merasa bahwa perusahaanyalah yang paling menyedihkan di dunia ini, yang selalu berharap akan datangnya seorang investor. 

Namun terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan yang tangguh, yang walaupun tak memiliki tangible asset, namun kau memiliki intangible asset yang hebat. Harga dirimu. Kau tak pernah berharap akan adanya investor yang membantumu. Kau cukup tangguh untuk berjuang sendirian. 

Pemilihan permodalan menjadi sebuah dilema. Memilih untuk utang atau menjual saham. Yang menjadi persoalan adalah terkadang mereka yang memberikan modal [cinta] padamu salah mengartikannya sebagai utang, mereka menuntutmu untuk mengembalikannya beserta bunga. 

Namun jangan patah arang. Untungnya selalu ada investor berbasis syariah. Yang menanamkan modal kepadamu tanpa mengharap riba, yang terkadang ikut menanggung kerugianmu, setia disaat suka maupun duka. 
oleh : Thontowi A. Suhada 
http://ekonomgila.blogspot.com/2011/09/saham-saham-cinta.html

Selasa, 01 November 2011

Kebun Emas, Bertani Emas, bercocok tanam emas WHATHEVERLAH!!
Hendi Dwi IstantoSelasa, 01 November 2011 0 komentar



Oleh: Munadi
Gober Bebek adalah tokoh fiktif kartun yang sangat inspiratif. Ketika anak-anak saya amat menikmati komik mengenai Gober, Donal dan ketiga ponakannya Kwik, Kwek dan Kwak. Gober adalah seorang milioner di kota bebek, ia memiliki harta kekayaan yang melimpah dari usahanya. Seluruh keuntungannya disimpan dalam koin emas dan ditempatkan di gudang emasnya yang terletak di puncak bukit. Beragam sistem keamanan dipasangnya untuk mencegah gerombolan Si Berat yang selalu berusaha mencuri hartanya. Gober amat perhitungan terhadap hartanya, namun meskipun demikian baginya keluarga tetap prioritas utama diatas hartanya.

Investasi Emas
Di kota bebek berbagai sistem transaksi diberlakukan. Sebagian besar transaksi ekonomi dilakukan dengan menggunakan uang kartal dan koin emas. Adapun sistem barter tetap berlaku namun sudah jarang ditemukan karena alasan efisiensi. Jauh di negeri seberang kota bebek, di negeri dongeng transaksi emas dan barter sudah amat langka, di negeri dongeng teknologi keuangan sudah amat maju sehingga emas pun karena scarcity-nya sudah jarang dijadikan alat pembayaran. Di negeri dongeng uang kartal dan giral menjadi alat pembayaran utama.

Jalan-jalan di kota bebek berisi para pembeli dan penjual yang bertransaksi ekonomi. Transaksi masih cukup sederhana karena mata uang di kota bebek hanya ada 1 yaitu emas. Nilai dari suatu uang sama antara nilai instrinstik dan nilai nominalnya. Masalah utama di kota bebek adalah mencegah para penjambret dan perompak seperti kelompok Si Berat karena mereka suka mencuri uang dari masyarakat.

Kegiatan transaksi di negeri dongeng jauh lebih modern. Sebuah transaksi triliunan rupiah dapat terjadi hanya dalam hitungan detik saja. Uang dan barang amat mudah berlalu lalang dengan tingkat perputaran yang tinggi. Berbeda dengan di kota bebek orang-orang di negeri dongeng tidak begitu takut dengan perampok pasar seperti halnya Si Berat. Orang-orang di negeri Dongeng takut dengan perompak yang tak terlihat dikarenakan mata uang mereka yang nilai nominalnya tak sebanding dengan nilai intrinstiknya. Perompak itu sering dibilang inflasi karena semakin besar inflasi maka nilai mata uang masyarakat semakin kecil. Oleh karenanya pemerintah negeri Dongeng selalu memikirkan inflasi dan bagaimana mencegahnya.

Suatu ketika Gober sebagai orang terkaya di negeri bebek mendengar isu bahwa masyarakat negeri dongeng memiliki cara investasi emas. Isu itu menyebutkan bahwa investasi ini amat aman dan bebas risiko. Isu tersebut memikat perhatian gober karena gober dapat menginvestasikan hartanya dan dapat bertambah tanpa risiko. Oleh karenanya gober mengirimkan keponakannya Donal untuk mencari informasi tersebut di negeri dongeng

BerKebun Emas
Kebun Emas, Bertani Emas, investasi pintar emas, untung besar emas, bercocok tanam emas ... apalah itu panggilannya Donal tetap mencari tau. Akhirnya Donal menemukan seseorang yang melakukan kegiatan investasi tersebut. Sebelumnya Donal juga membaca banyak buku tentang hal ini yang banyak ditemukan di toko-toko buku.

Tahap pertama dalam investasi emas adalah membeli emas. Emas memiliki 3 jenis, emas batangan, emas perhiasan dan emas koin. Yang umum dilakukan untuk investasi adalah emas batangan. Emas batangan dapat dibeli dengan mudah di toko emas atau jika ingin aman dapat dibeli langsung di anak perusahaan PT Aneka Tambang. Pembelian di anak perusahaan ANTAM mudah karena dapat dibeli dalam jumlah gram dan karat sesuai keinginan pembeli dan yang lebih penting memiliki sertifikat keaslian emas yang tertera di emas batangan dan di sertifikatnya. Kemudahan dalam membeli emas pun sekarang sudah dapat dilakukan dengan mencicil pembelian emas melalui Bank Syariah dan Pegadaian.

Tahap selanjutnya adalah dengan menggadaikan emas yang dibeli, kemudian mengulangi dari tahap pertama. Umumnya menggadaikan emas akan mendapatkan uang sebesar 80% dari harga emas. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli emas lagi. Menggadai dinilai aman untuk menyimpan barang karena barang hanya akan disimpan dan tidak diusik. Biaya yang dikenakan pegadaian umumnya sekitar Rp 3.000 per gram emas per bulan.

Karena ingin merasakannya, dengan uang 8.000.000 Donal mencoba mensimulasikan cara ini. Diketahui bahwa harga emas saat ini 500.000/gram.
(1) Membeli Emas 10 gram
Harta = 10g emas(5 juta) ; Kas = 3 juta
(2) Menggadaikan Emas
Harta = 10g emas(gadai); Kas = 3 + 4(80%x5juta) = 7 juta
(3) Beli emas 10g lagi
Harta = 10g emas(gadai) 10g emas(5 juta); Kas = 2 juta
(4) dan seterusnya ikuti langkah diatas hingga akhirnya didapat
Harta = 30g emas(gadai), 10g emas(ditangan); Kas = 0

Secara teori akuntansi maka aset dalam waktu singkat telah membengkak menjadi 20 juta atau sebesar 2,5 kali lipat dari modal awal 8 juta. Kondisi persamaan akuntansi menjadi H(20 juta) = U(12juta) + M(8juta)
Donal tahu bahwa berdasar gambar grafik diatas, emas selalu mengalami kenaikan luar biasa. Maka jika diasumsikan harga pertahun emas mengalami kenaikan 30%, tahun depan uang Donal akan menjadi:
Harga Emas Donal tahun depan = (500ribu x 130% ) x 40g = 26juta
Ongkos bayar gadai sampai tahun depan = 30g x 3 ribu x 12bulan = 1.080.000,-
Kemudian Donal meliquidkan seluruh emasnya dengan mencairkan emas ditangannya kemudian mengambil emasnya di pegadaian dan seterusnya :
(1) Menjual emas ditangan
H = 30g emas(gadai); Kas = 10gx(500rbx130%) = 6,5 juta
(2) Mengambil emas yang digadai
H = 20g emas(gadai), 10g emas(ditangan); Kas = 6,5-4 = 2,5 juta
(3) dan seterusnya meliquidkan dan mengambilnya lagi sehingga posisi terakhir menjadi:
Kas= 14 juta, ongkos gadai yang harus dibayar = 1.080.000
Secara keuangan dengan modal 8 juta dalam setahun Donal untung 4,92 juta. ROI = 61.5 %!

(?) Kebun Emas = Investasi (?)
Tibalah hari bagi Donal untuk melaporkan hasil pengamatannya kepada Gober. Gober meminta Donal untuk menjelaskan kepadanya hasil laporannya mengenai mekanisme kebun emas serta meminta pendapat donal secara pribadi mengenai investasi ini.
Dengan kepala tegak dan suara yang mantap donalpun berkata:

Investasi emas pada dasarnya adalah sebuah bentuk hedging terhadap nilai mata uang. Seseorang yang menyimpan kekayaannya dalam bentuk emas bertujuan untuk menghindari dari dampak inflasi yang secara tidak langsung mengurangi nilai kekayaannya. Oleh karena itu investasi emas amatlah dianjurkan.

Berbeda dengan berkebun emas. Memang secara umum berdasarkan fatwa MUI mengenai rahn, menggadaikan emas diperbolehkan. Tapi saya menilai bahwa mekanisme kebun emas ini mengandung beberapa hal yang tidak bermanfaat dan cenderung mengancam perekonomian.

Alasan pertama saya adalah karena berkebun emas ini meningkatkan Lazy Money (non productive) yang tidak berpengaruh pada perekonomian. Mekanisme kebun emas membuat yang tadinya uang yang tidak produktif menjadi berlipat. Alangkah baiknya kita tidak menyimpan banyak kekayaan dan menggunakannya untuk kegiatan produktif yang meningkatkan perekonomian seperti berdagang. Kebun emas menjadikan uang non produktif bertambah serta membuat seseorang menjadi pemalas dan tak mau bekerja.

Alasan kedua adalah Speculation. Emas yang digadaikan harganya bergerak dengan sendirinya. Padahal dalam suatu investasi penting sekali bagi investor untuk memiliki kendali atas investasinya agar investasinya itu diarahkan kearah positif. Sehingga dalam kaitan ini mekanisme kebun emas mendorong pada kegiatan yang spekuatif, sedang kegiatan yang spekulatif selain dilarang pada sebagian besar agama juga memiliki risiko yang tinggi.

Alasan ketiga mengenai sense of belonging. Apa yang akan terjadi jika ternyata harga emas turun? Tentu saja Donal mencairkan emas ditangan untuk menghindari kerugian yang lebih parah, tapi selanjutnya Donal tidak akan mencairkan emasnya yang digadaikan. Untuk apa Donal mencairkan emas yang digadaikan jika rugi, biarkan saja dan donal bebas dari jeratan hutang karena emas itu kemudian akan dilelang karena Donal dianggap tidak mampu membayar. Inilah masalahnya, Donal akan menilai bahwa emas atau uang itu harganya berarti jika menguntungkan dan tak berarti jika merugikan. Ini akan melemahkan nilai uang, padahal uang seharusnya tidak kita pandang sebagai sebuah lembar nominal atau kertas tapi lebih dari itu, kita harus melihat uang sebagai rezeki yang harus disyukuri karena mendapatkannya tidak mudah dan melepasnya hanya untuk kebaikan.

Selesai penjelasan Donal, maka Goberpun tidak jadi mengikuti investasi emas tersebut. Gober lebih memilih untuk mengeluarkan kekayaannya untuk kegiatan bisnis yang bersifat produktif. Gober pun cukup bangga pada Donal, tidak rugi Donal kuliah di fakultas ekonomi untuk memahami mekanisme kebun emas. Tapi tetap saja Donal sudah semester 9 dan belum lulus. Cepatlah lulus Donal ;p
*copy/paste dari : http://ekonomgila.blogspot.com/2011/10/kebun-emas-bertani-emas-investasi.html sekedar sharing ilmu(-author)